REFLEKSI
PERSEPSI AWAL
• Gambaran apa yang dapat diberikan mengenai teaching mathematics ?
• Sebagai seorang calon guru matematika, gagasan – gagasan umum apakah yang akan memandu anda untuk mengajar matematika ?
• Apakah gagasan – gagasanmu dipengaruhi oleh pandanganmu tentang matematika ?
• Bagaimana cara anda membuat pembelajaran tersebut menarik ?
Pertanyaan – pertanyaan tersebut memiliki jawaban yang beragam dari setiap orang. Namun yang pasti materi pembelajaran dan bagaimana cara siswa tersebut belajar sangat mempengaruhi seorang guru dalam mengajar.
Oleh karena itu setiap guru dituntut untuk memiliki ragam metode pembelajaran mengingat para siswa memiliki cara yang berbeda untuk menyerap materi pembelajaran.
CONTOH A :
A memfokuskan pengajaran pada presentasi isi. Ia memulai pembelajaran dengan menjelaskan 3 point tentang perbandingan pecahan, yakni :
• Jika penyebutnya sama maka pembilang terbesar berarti pecahan yang lebih besar.
• Jika pembilangnya sama maka penyebut terkecil merupakan pecahan terbesar
• Jika pembilangnya berbeda maka cara yang dilakukan untuk membandingkan pecahan adalah dengan menyamakan penyebutnya. Dengan demikian aturan pertama dapat diterapkan
Contoh B :
B melakukan pembelajaran dengan materi yang sama namun desain metode pembelajaran sedikit berbeda. Ia memulai pembelajaran dengan sebuah pertanyaan yang dilemparkan kepada siswa. Esensinya materi yang ada dijadikan sebuah kasus yang dapat dipecahkan oleh setiap siswa. Pecahan 2/3 dan ¼ ditempatkan di papan dan para siswa diminta untuk memilih pecahan yang lebih besar. Apapun jawaban yang diberikan oleh siswa diterima oleh B sebagai sebuah pendapat. Hal ini akan membantu siswa dalam mensuport aktivitas pembelajarannya.
Siswa dibentuk dalam 3 kelompok. Setiap kelompok harus memberikan jawaban dan penjelasan terhadap pertanyaan – pertanyaan yang diberikan. Sementara siswa melakukan interaksi, B dapat beredar di sekitar ruangan, mendengarkan interaksi siswa, menyediakan isyarat – isyarat kepada beberapa regu dan tantangan – tantangan tambahan kepada kelompok lainnya.
Penjelasan
Kedua guru memiliki pengajaran yang baik dengan metode yang berbeda. Namun B memiliki nilai plus dikarenakan siswanya telah mempraktekan suatu keterampilan dasar dan sedang menggunakan aturan – aturan dasar. Siswa B dapat menggunakan aturan – aturannya sendiri untuk memecahkan masalah. Tanpa diberikan penjelasan yang dipaparkan oleh A, para siswa juga dapat membandingkan pecahan mana yang lebih besar dan mana yang kecil.
Pada akhirnya, setiap guru akan memiliki dokumen untuk menguji seberapa paham siswanya dalam menyerap pembelajaran sebagai batu pijakan untuk pembelajaran selanjutnya.
Untuk A, ia akan dapat mengetahui apakah siswanya telah menggunakan aturan yang dipaparkan dengan benar ataukah tidak. Bagi siswa yang tidak berhasil, ia mungkin akan memberikan penjelasan tambahan secara lebih mendetail. Paling tidak ia memiliki pandangan mengapa siswanya tidak dapat memahami pelajaran yang telah disampaikan.
Kesukaran – kesukaran tersebut bisa jadi karena kurangnya keterampilan dalam menemukan bilangan pembagi atau dipandang sebagai suatu kelemahan para siswa dalam menerima pelajaran.
Dengan adanya kilas balik terhadap pembelajaran sebelumnya, dapat memberikan kita gambaran untuk lebih memberikan variasi – variasi pembelajaran berikutnya
Sedangkan B ingin mempunyai informasi yang informal dimana dikumpulkan selama pembelajaran berlangsung. Umpan balik ini akan membuat B dapat mengetahui pemikiran / gagasan para siswanya. Dengan adanya informasi tersebut, dalam pembelajaran selanjutnya, B dapat mengelompokkan para siswa yang memiliki gagasan – gagasan dan konsep terbaik dengan siswa yang memiliki pemikiran rata – rata.
EFEKTIVITAS
Dari contoh di atas, kedua kelas memiliki tingkat keberhasilan yang sama. Dalam arti kedua – duanya sukses dalam mengajar matematika. Perbedaan yang paling mendasar dari kedua contoh tersebut terletak pada A lebih menekankan pada orientasi isi pembelajaran sedangkan B lebih menekankan pada siswa sebagai obyek dalam pembelajaran. Pada A lebih mengarah pada keterampilan siswa dalam menjawab pertanyaan sedangkan B mengarah kepada bagaimana para siswa menghadapi gagasan – gagasan dan alasan – alasan yang disampaikan. Namun pada hakekatnya kedua – duanya memiliki orientasi yang sama yakni bagaimana cara mengajar matematika.
Setiap pengajaran yang dilakukan didasarkan pada kepercayaan bahwa yang terpenting adalah menguntungkan dan lebih produktif dimana pada akhirnya siswa akan memperbincangkan tentang matematika, menghadapi permasalahan – permasalahan seputar matematika dan berjuang mengatasinya, menggunakan bahan – bahan untuk membantu mereka berfikir dan menjelajah gagasan – gagasan dan hubungannya yang terkait dengan matematika ataupun mempelajari suatu pendapat dengan menggunakan logika berpikir.
DIREKSI
KURIKULUM MATEMATIKA
Metode pembelajaran hanyalah merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Kurikulum merupakan faktor yang paling utama yang dipertimbangkan dalam mengajar matematika. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum, yaitu :
• Permintaan masyarakat
• Patokan – patokan NCTM untuk matematika di sekolah
• Teknologi
PERMINTAAN MASYARAKAT
Permintaan masyarakat merupakan sifat yang paling hakiki. Hal ini dikarenakan kita hidup dengan mempunyai dampak yang riil di masyarakat. Kita tidak lagi hidup dengan satu ekonomi industri akan tetapi sesuatu yang dikuasai oleh informasi dan jasa. Ekonomi seperti ini memerlukan persentasi yang kecil dari tenaga kerja yang tak mahir dibandingkan dengan tenaga kerja yang terlatih dan terampil. Perubahan yang cepat dalam masyarakat yang disempurnakan dengan perkembangan teknologi membuat kesulitan dalam melatih tenaga ahli dan terampil bahkan untuk 10 tahun kemudian.
Sekolah – sekolah pelan – pelan menanggapi kebutuhan – kebutuhan masyarakat. Tindak lanjutnya dalam bentuk satu penekanan yang ditingkatkan pada kurikulum matematika berupa penalaran logis, memecahkan masalah dan penalaran geometris atau ruang. Ini bersifat keterampilan – keterampilan umum yang mana dapat digunakan dalam suatu situasi yang luas.
PATOKAN – PATOKAN NCTM UNTUK MATEMATIKA DI SEKOLAH
Pada tahun 1989, The national council of teachers of mathematics (NCTM) atau Dewan Nasional Guru Matematika mendeklarasikan suatu buku panduan yang berjudul : “Acuan Kurikulum Dan Evaluasi Untuk Matematika Di Sekolah”. NCTM meyakinkan bahwa standar materi pembelajaran akan sesuai dengan sistem kurikulum sekolah. Acuan tersebut dibagi menjadi empat bagian yakni : K-4, K5-8, K9-12 dan evaluasi.
Sasaran bidang pendidikan untuk para siswa harus mencerminkan pentingnya matematika melek huruf.
Terhadap cita – cita ini, acuan K-12 mengartikulasikan lima sasaran umum untuk semua siswa, yakni :
• Siswa belajar untuk menghargai matematika
• Siswa yakin akan kemampuannya dalam mengerjakan matematika
• Siswa menjadi seorang matematikawan dan matematikawati.
• Siswa belajar dalam memberikan pendapat secara matematik
Sasaran ini menyiratkan bahwa para siswa harus didorong untuk menjelajah, untuk menebak dan bahkan untuk membuat dan mengoreksi error sehingga mereka mendapat keyakinan di dalam kemampuan mereka untuk memecahkan masalah yang rumit dalam arti bahwa mereka perlu membaca, menulis dan mendiskusikan matematika serta mereka perlu menduga, melakukan test dan membangun argumentasi tentang suatu kebenaran dugaan.
Teknologi
Kalkulator dan komputer mempunyai dua pengaruh yang besar dalam kurikulum sekolah. Yang pertama adalah kedua – duanya sudah secara drastis mengurangi penggunaan pensil dan kertas. Yang kedua komputasi sudah menyediakan jalan atau cara baru untuk mengajar bermacam – macam gagasan yang penting terlepas dari suatu kekhawatiran akan dampak negatif yang ditimbulkan terhadap konsep – konsep dasar matematika.
TEST DAN EVALUASI
Arah dan materi baru dalam matematika sudah mulai membuat para perancang test kesulitan dalam mengkonstruksi test – test dan apa saja yang sebaiknya diizinkan. Termasuk isu – isu apakah perlu mengizinkan pemakaian kalkulator pada saat test berlangsung, bagaimana caranya menguji hitungan luar kepala, penilaian dan test keterampilan menyelesaikan masalah dalam format pilihan ganda serta bagaimana menggunakan materi atau gambar yang mana belum cukup familiar untuk beberapa siswa.
Bagaimana anak – anak dievaluasi dan pada kontes apa sebuah test dapat menunjukan bagian penting dalam suatu pembelajaran. Program standarisasi test sering tertinggal dengan perubahan yang direkomendasikan oleh kelompok ataupun perubahan kurikulum sekolah lokal. Guru – guru sering mengalami tekanan dalam mengajar materi sesuai dengan standarisasi test bahkan ketika materi yang disampaikan tidak sesuai dengan kurikulum yang ditentukan. Sebagai contoh : suatu kurikulum yang baru menyarankan tidak adanya pemberianwarisan sistem decimal, sedangkan dalam test memasukannya sebagai materi uji.
Ketika perubahan – perubahan kecil ataupun besar terjadi dalam materi pembelajaran, maka akan selalu terjadi pertentangan – pertentangan antara buku teks, test – test dan sistem kurikulum sekolah. Kesenjangan seperti ini sering dirasakan oleh guru – guru. Namun pada akhirnya persoalan tersebut dikembalikan pada guru yang bersangkutan apakah materi yang disampaikan akan disesuaikan dengan kurikulum ataukah materi test.
AJAKAN UNTUK BELAJAR MATEMATIKA
Mengajar matematika adalah suatu spekulasi yang mengejutkan. Hal ini mungkin dikarenakan kita dapat dan akan tumbuh dan belajar bersama para siswa. Untuk itu perlu adanya suatu trik dalam mengajak siswa untuk belajar matematika. Trik tersebut dapat bermula dengan membangun suatu diskusi bagaimana anak – anak belajar atau “membangun” fondasi matematika dalam dirinya
Selasa, 13 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar